Akankah sampai akhir?
Ketika banyak orang senang atas suatu pencapaian diri, waktu itu aku tidak.
Ketika banyak orang senang atas takdir baik yg tidak disengaja, waktu itu aku tidak.
Tentu saja karna bukan ini yang kumau.
Lorong sepi, dingin, dan tidak menggembirakan pikirku. Namun bagaimana lagi, tidak ada tempatku selain disini. Mau tidak mau aku harus bertahan.
Entah angin apa yang menguatkanku saat itu, ketidakmauan diri menjadi suatu anugrah yang terus berjalan selama 4 tahun. Genap 4 tahun sudah di bulan Agustus, yg tepatnya kapan pun aku lupa. Seharusnya pula aku mengakhiri semua perjalanan kampusku di bulan itu. Namun semua rencana tiba tiba berubah. Diri ini seakan tidak siap untuk itu. Sempat aku berpikir, siapa sebenarnya aku selama ini? Seperti apa aku yang sebenarnya? Hingga merasa tidak bisa bertahan di situasi yang serba berubah. Entahlah, pertanyaan itu belum pun terjawab sampai sekarang.
Pemandangan yang tak kunjung selesai, sejak awal tahun. Dan entah sampai kapan.
Aku bisa kan? Pasti bisa kan?
Disaat yang lain berjalan, aku berlari. Disaat yang lain berlari, aku kelelahan. Kata salah seorang teman baikku, tentu aku tidak begitu. Hanya istirahat, ucapnya.
Entahlah, entahlah, entahlah. Yang itu yang terucap dari mulutku sekarang.